Rekoleksi Pengurus Inti KBG dan Fasilitator Paroki Kerahiman Ilahi Tiban

Bertempat di Rumah Retret Oase Batam, pada tanggal 30 Juni lalu, Paroki Kerahiman Ilahi mengadakan rekoleksi PIPA dengan tema REVITALISASI PIPA. Sebagai nara sumber dalam rekoleksi ini adalah RD. Lucius Poya Hombattan atau dikenal dengan Romo Poya dan Parokus Pater Toni.

Pelaksanaan Rekoleksi ini adalah sebagai perwujudan program kerja Paroki yang sudah dimasukkan ke Keuskupan beberapa waktu lalu. Acara rekoleksi sendiri ditata apik oleh team Fasilitator PAROKI dibantu oleh perwakilan umat KBG.

Acara rekoleksi ini diikuti sebanyak 107 orang yaitu Para Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Fasiltator KBG dari 30 Komunitas yang ada di Paroki TIban. Dengan mengandalkan kekuatan dan kemandirian KBG, acara ini melibatkan partisipasi dari umat seperti transportasi dan konsumsi.

Rekoleksi dimulai dengan pemaparan overview Parokus Pater Toni akan keadaan dan pandangan beliau terhadap Paroki yang saat ini beliau pimpin sejak dilantik pada tanggal 1 Maret 2019 lalu. Dimulai dengan Pemahaman tentang Paroki, Penghayatan ber Paroki, Persoalan kehidupan ber Paroki, dan harapan-harapan beliau. Parokus mengulangi pesan Bapa Paus tentang Gereja, bahwa Gereja Kerahiman jangan terjebak dalam devosi saja atau bahkan cenderung menjadi semacam LSM, namun adalah agar umat lebih partisipatif dalam ber Paroki bukan hanya dalam lingkup KBG.

Keuskupan Pangkal Pinang satu langkah lebih maju dari pemikiran scalabrinian untuk fokus pada migran dan perantau

Pater Toni

Dari pemaparan Parokus, para peserta diajak untuk melakukan refleksi yang dibagi dalam 2 sessi. Sessi pertama dilakukan sebelum makan siang dan sessi kedua setelahnya. Para peserta dibagi dalam 11 kelompok dan menemukan berbagai hal untuk meningkatkan dan mengenal sudah seperti apa KBG dalam kehidupan ber Paroki selama ini.
Berbagai pertanyaan refleksi disiapkan oleh Panitia untuk dibahas per kelompok untuk dilaporkan dalam pleno.

Sebagai narasumber utama dan pengarah materi rekoleksi, Romo Poya dalam kesempatan tersebut menyampaikan padangan beliau atas refleksi KBG dari 2 sessi yang dilakukan.
Romo Poya menyampaikan apresiasinya atas hasil diskusi dalam kedua pleno.
Sejauh catatan beliau, kalau umat Paroki Tiban sadar merupakan Persekutuan KBG, maka pertama persatuan dan kesatuan dalam umat Tiban sangat kuat, kedua kalau semua menyadari itu maka semua persoalan dapat diatasi dalam partisipasi aktif oleh 30 KBG. Setelah itu, kita refleksi apakah sudah demikian? Dan ternyata kita menemukan bahwa semua KBG masih berfokus pada liturgi (koor, GORO, adorasi, misa dsb).

Pesan beliau lagi, KBG itu harus menyadari dirinya dan menyatu dalam Komunio, Tubuh Mistik Kristus, Hirearkis, Sakramen Keselamatan, Pewarta Sabda ALLAH. Paroki adalah persekutuan Komunitas komunitas (Communio Communitatum). Untuk itu sebagai persekutuan dan komunio, maka tidak ada lagi gap, junior senior, dan akhirnya persatuan KBG adalah sungguh persatuan yang indah.

Diakhir acara rekoleksi ditutup dengan perayaan Misa Kudus di Kapel Rumah Retret, yang dipersembahkan oleh Romo Poya dan Pater Toni. Misa ini memiliki catatan khusus adalah layanan misa terakhir Romo Poya sebelum beliau melanjutkan penggembalaannya di Tanjung Uban.

Pater Toni dan Romo Poya menyampaikan penghargaan dan sukacita atas terselenggaranya rekoleksi dengan lancar. Tindak lanjut untuk rekoleksi ini adalah menjadi tugas bersama para KBG di Paroki Kerahiman Ilahi Tiban ke depan ini, untuk semakin mewujudkan Visi Keuskupan Menjadi Gereja Partisipatif.

You might also like