Komisi Keadilan dan Perdamaian Desak Lawan Perdagangan Manusia

Fober 1170x750

Keprihatinan dan seruan Paus Fransiskus dalam buku Arah Pastoral Perdagangan Manusia menjadi inspirasi para penggiat Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKPPMP) Keuskupan dan Komisi Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC) Kongregasi Regio Sumatera dalam pertemuan di Belitung, 8 – 11 Oktober 2019.

Pertemuan bertajuk “Membedah Arah Pastoral Mengenai Perdagangan Orang” ini menghasilkan tujuh poin rekomendasi.

Pastor Chrisanctus Paschalis Saturnus Pr, Koordinator KKPPMP Regio Sumatera mengatakan, intisari dari pertemuan serta poin-poin rekomendasi tersebut ialah mempertegas lahirnya kesadaran, bahwa Gereja harus mengembalikan martabat manusia yang hilang atau rusak akibat perdagangan manusia.

Soal fenomena perdagangan orang, menurut Romo Paschalis, Paus Fransiskus menandaskan “perdagangan manusia adalah luka yang menganga di tubuh masyarakat masa kini, menjadi bencana bagi tubuh Kristus”.

Tokoh orang Samaria dari Lukas 10: 25 – 37 mengingatkan Gereja untuk menghadirkan wajah Kristus pada korban, serta terlibat bersamaNya menghentikan setiap tahap perdagangan manusia.

Adapun tujuh poin rekomendasi dan kesepakatan antara KKPPMP Keuskupan Pangkalpinang dengan JPIC Kongregasi se-Regio Sumatera tersebut sebagai berikut.

Pertama, keputusan orang termasuk umat Katolik untuk mencari pekerjaan merupakan motif dominan di balik alasan orang berpindah atau melakukan migrasi. Untuk itu Gereja Katolik perlu memberikan perhatian bagi umat yang rentan terhadap kemungkinan eksploitasi. Pemetaan kelompok rentan harus dan penting dilakukan.

“Kedua, pendampingan khusus kepada para remaja harus dilakukan sebagai upaya pencegahan melalui kampanye anti perdagangan orang melalui berbagai institusi pendidikan secara berjenjang. Ketiga, perhatian khusus perlu diberikan kepada keluarga-keluarga Katolik yang melakukan migrasi ke berbagai daerah di Indonesia maupun luar Indonesia untuk mencegah dampak lanjut terhadap keluarga rentan yang melakukan migrasi. Perhatian yang sama juga harus diperhatikan pada keluarga yang ditinggalkan oleh anggota keluarga yang bermigrasi,” tegas Pastor Paschalis.

Selain itu pastor Paschalis menambahkan rekomendasu keempat, mengingat sulitnya menangani kasus perdagangan orang di fase hilir, khususnya di daerah tujuan maupun transit, maka upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini di berbagai daerah atau keuskupan asal.

Untuk itu peran para pastor paroki sangat diharapkan untuk turut mendidik dan memberikan wawasan kepada umatnya yang rentan.

“Kelima, Pastor paroki juga diharapkan melakukan pendataan umat secara berkala melalui sistem administrasi gereja yang sudah ada, sehingga fenomena migrasi bisa dibaca secara jelas pada level paroki. Dokumen administrasi Gereja merupakan instrument pendukung di peradilan, khususnya untuk melengkapi kelemahan sistem administrasi kependudukan pemerintah. Keenam, fenomena migrasi para pencari kerja yang rentan untuk dieksploitasi membutuhkan kajian-kajian serius. Untuk itu masing-masing keuskupan di Indonesia harus memberikan perhatian terhadap fenomena ini, menyiapkan tenaga pastoral dalam bidang migrasi yang kompeten dan mempelajari kajian migrasi secara serius, agar fenomena ini bisa dibaca dan disosialisasikan dengan baik, sesuai konteks lokal secara utuh dan diantisipasi dampak negatifnya,” ungkap Pastor Paschalis.

Lebih lanjut Pastor Paskalis menegaskan mengingat tingginya angka pencari kerja, dan kebutuhan pasar kerja yang berubah dengan cepat maka Gereja Katolik diharapkan terlibat merevitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK) baik yang sudah ada, maupun BLK yang baru akan terbentuk agar sesuai dan mampu menjawab kebutuhan ekonomi mereka. BLK dapat dibentuk di daerah transit maupun di daerah asal.

“Hari-hari mendatang, dunia akan mengalami kemungkinan resesi global. Krisis di berbagai tempat memicu orang untuk melakukan migrasi karena berbagai sebab. Gereja Katolik perlu mempersiapkan diri untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, dengan tetap membawa kabar gembira bagi mereka yang kehilangan harapan dan tersesat ketika melakukan migrasi. Solidaritas perlu dibangun bersama-sama, dan Gereja  menjadi rumah bagi semua yang terasing,” pungkas Romo yang juga pegiat anti perdagangan orang ini.

You might also like