Mari Berdoa dengan Kerendahan Hati
Pernah ada suatu kali, kami mendengar orang berkomentar demikian, “Malas ah, aktif di gereja…. orang-orangnya yang jadi pengurus berantem melulu….” Mungkin komentar macam ini terdengar nyeleneh dan pedas didengar, namun mari kita melihat dengan jujur, benarkah demikian? Sebab nyatanya, kalau sebuah komunitas ataupun keluarga sudah kurang rajin berdoa bersama, memang seringnya, demikianlah akibatnya.
Keluarga akan mudah bertengkar, dan mulai tidak ada suka cita dan damai sejahtera di dalamnya. Kalau berlarut-larut dibiarkan, malah dapat terjadi perpecahan. Waduh, adakah yang dapat dilakukan supaya hal macam ini tidak terjadi? Mari kita mengacu kepada sabda Tuhan Minggu ini. Tuhan Yesus kembali mengajar kita agar kita tekun berdoa. Doa dalam kehidupan kita umat beriman adalah semacam nafas kehidupan. Bayangkan, kalau kita tidak bernafas, tentu kita akan kepayahan bukan? Dalam hitungan menit, game over sudah. Namun selain pentingnya doa, Yesus menekankan satu hal lagi di sini, yaitu agar kita berdoa dengan sikap kerendahan hati. Sebab ada banyak orang, mungkin termasuk kita juga, yang kadang berdoa dengan sikap yang kurang pas.
Kita menganggap diri kita sudah baik, sudah berusaha melakukan kehendak Tuhan, dan kemudian mulailah kita memohon banyak hal kepada-Nya. Namun sikap yang dibenarkan Tuhan adalah, datang kepada-Nya dengan sikap kerendahan hati. “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini….” (Luk 18:13) Sebab dengan sikap seperti ini, kita dapat dengan jujur melihat ke dalam hati kita, bahwa kita itu jauh dari sempurna. Kita masih jatuh bangun dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan untuk melakukan hal-hal kecil saja dengan kasih yang besar, sering kita masih gagal. Umumnya kita masih terlalu cepat mengeluh dan terlalu mudah melihat kesalahan orang lain, daripada menutupi kesalahan mereka dengan kesabaran dan pengertian kita.
Sungguh, mengasihi sesama itu adalah perjuangan, sekaligus ujian, apakah kita sungguh mengasihi Tuhan. Kita semua mengalami ujian ini, baik di dalam keluarga, lingkungan kerja, ataupun dalam lingkungan gerejawi. Kalau kita gagal mengasihi, mari kita tanyakan kepada diri kita, sudahkah kita memohon belas kasihan Tuhan? Sudahkah kita tekun memohon agar Ia memberikan hati yang lemah lembut dan rela mengampuni? Hanya dengan sikap kerendahan hati-lah kita dapat melihat, bahwa karena kitapun berdosa dan mengharapkan pengampunan Tuhan, maka sepantasnya kita juga mau memberikan pengampunan kepada sesama. Tentu tak terbayangkan, jika kelak kita terhalang untuk memandang Tuhan, karena sewaktu hidup di dunia kita gagal mengasihi, enggan mengampuni dan terlalu tinggi hati.
Sadar akan kelemahan kita, semoga kita dapat datang ke hadapan Allah dengan hati terbuka, yang siap menerima teguran Tuhan melalui sabda-Nya dan kesediaan untuk memperbaiki diri.
Rasul Paulus mengatakan bahwa hidup di dunia ini bagaikan pertandingan (lih 2 Tim 4:7), yaitu pertandingan untuk memelihara iman, harapan dan kasih. Kekuatan kita untuk memenangkan pertandingan ini datang dari Tuhan sendiri, asalkan kita tekun memohon kepada-Nya di dalam doa-doa kita dengan sikap kerendahan hati. Mari kita pegang janji Tuhan Yesus, “Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.” (Luk 18:14).